Kita tak pernah tahu  …

Siapa yang betul kawan dan siapa yang betul lawan …

Siapa yang betul-betul setia …

Dan siapa yang betul-betul pengkhianat …

Kehidupan ini layaknya sebilah pedang bermata dua …

Yang salah satu sisinya lebih tajam dari sisi sebelahnya …

Yang bila tertusuk, lebih tajam dan sakit dari yang satunya …

Serta dapat mematikan siapapun yang tertusuk bilah tajamnya …

Meski begitu …

Kita dapat melepaskan diri dari tusukannya …

Dengan sebuah HARAPAN!

Chapter 1: Ketika Harapan Masih Berjaya

            Ibuku berkata, waktu ia masih kecil, tanah tempatku dlilahirkan ini merupakan pusat harapan banyak orang. Banyak orang dari seluruh negara hingga luar negara datang ke tanahku untuk mewujudkan mimpi mereka. Dan, banyak diantara mereka pulang ke kampungnya memberitahukan tanahku yang mewujudkan mimpi mereka. Sayangnya, kejayaan itu hanya tercatat dalam sejarah. Tanahku yang dulu tidaklah sama dengan sekarang. Tanahku saat ini ibarat sebilah pedang bermuka dua. Dimanapun harapan hendak muncul, kehancuran akan tiba terlebih dahulu sebelum harapan menghampiri.

Ibuku juga berkata, saat ia masih kecil, ada sebuah cerita tua mengenai takdir menyedihkan seorang putri keturunan bangsawan di tanah kelahiranku ini akibat janji-janji ‘licin’ keluarganya. Dan hingga saat ini, cerita ini dianggap menjadi penyebab mengapa tanahku bagai pedang bermuka dua.

            Alkisah pada zaman dahulu kala, ketika tanahku masih menerapkan sistem kerajaan, tersebutlah seorang putri cantik bernama Isnaya. Putri Isnaya memiliki sifat sehalus sutra dan secantik permata. Para penasihat kerajaan hingga rakyat jelata tidak meragukan sifat sang Putri. Sehingga tak mengherankan bila Putri Isnaya dianak-emaskan oleh sang Raja dan istri-istrinya. Sayangnya, kasih sayang berlebih yang ditujukan pada sang Putri, menyebabkan rasa picik di hati ‘sang’ pewaris tahta kerajaan, Pangeran Pramuldja. Sang Pangeran khawatir adiknya yang akan mewarisi tahta kerajaan sedangkan sudah terlalu banyak janji-janji yang ia berikan kepada para pejabat yang melakukan tindakan ‘licin’ di belakang layar.

Putri Isnaya (ilustrasi doang!)
Pangeran Mulyana (ilustrasi doang!)

Seperti biasa, pagi itu, balai sidang kerajaan sedang ramai membahas kasus tindakan ‘nakal’ yang dilakukan Tuan Zainal, salah satu bangsawan terkenal di kerajaan, dalam menandatangi kerja sama militer bersama pemerintahan Jepang tanpa sepengetahuan Sang Raja.

“ Tuanku Baginda Raja, sudikah Tuanku memanggil Tuanku Zainal untuk ditanyai maksud dari tindakan yang ia lakukan! “ pinta salah satu anggota Dewan Penasihat Kerajaan. “ Benar, Tuanku. Ada baiknya Tuanku menyuruh seorang pengawal untuk memanggil Tuanku Zainal sebelum hal ini menjadi masalah serius di kerajaan kita! “ tegas Ketua Dewan Penasihat Kerajaan, Tuan Prasetya yang diiringi anggukan setuju anggota dewan lainnya.

“ Saya tidak setuju! “ perkataan Pangeran Pramuldja tersebut menyebabkan pergunjingan kecil dikalangan anggota dewan kerajaan. “ Apa yang membuatmu mengatakan tidak, Muldja? “ tanya Sang Raja dengan sedikit kilat kemarahan di matanya. “ Mohon maaf Ayahanda Raja. Tapi menurut hamba, Tuanku Zainal merupakan salah satu bangsawan yang setia pada kita. Tidak mungkin Tuanku Zainal melakukan hal nista seperti itu pada kerajaan kita! “ jawab Pangeran Pramuldja.

“ Mohon maaf yang sebelumnya, Tuanku! “ kata Tuan Prasetya, “ Tapi Yang Mulia, rasanya tidak masuk di akal hamba hanya karena kesetiaan seseorang, kita bisa menjamin bahwa dia masih ‘setia’ pada kerajaan kita, “ lanjutnya. “ Apakah kau meragukan kesetiaan Tuanku Zainal, Tuanku Prasetya?! “ tanya Pangeran Pramuldja dengan nada kesal. “ Hamba tidak meragukan cuma mencurigai bahwa mungkin saja ada rencana yang Tuanku Zainal lakukan dibalik kekuasaannya sebagai Penasihat Militer Kerajaan! “ jawab Tuan Prasetya, “ Dan mohon maaf sebelumnya Yang Mulia, tapi meragukan dan mencurigai memiliki makna yang jauh berbeda. Hamba mohon perhatikan ucapan yang hendak anda keluarkan! “ bela Tuan Prasetya yang diiringi sorakan riuh dan juga sindiran kepada Pangeran Pramuldja.

“ Tidak ada rencana kotor yang dilakukan Tuanku Zainal! “ kata Pangeran Pramuldja bersikeras. “ Yang Mulia, mengapa engkau begitu bersikeras membela Tuanku Zainal? Apakah kau terlibat perjanjian kotor yang dibuatnya bersama Kaisar Jepang? “ sindir salah satu anggota Dewan Penasihat Kerajaan. Pangeran Pramuldja terkejut mendengar sindiran salah satu anggota dewan kepadanya diiringi teriakan cemooh anggota dewan lainnya. “ Apa katamu? “ kata Pangeran Pramuldja yang masih terkejut. “ Apakah perkataan saya tidak begitu terdengar, Yang Mulia? Ataukah Yang Mulia begitu terkejut hal ini diketahui didepan Tuanku Baginda Raja dan Tuan Putri? “ ulang anggota tersebut. “ APA KAU BILANG? KAU MERAGUKAN KESETIAANKU?! “ tanya Pangeran Pramuldja dengan marah pada anggota dewan tersebut. “ Apapun bisa terjadi dalam pemerintahan, Yang Mulia, “ balas anggota dewan tersebut yang tentu saja membuat malu Sang Pangeran.

“ Sudah! Hentikan keributan ini! “ ucap Putri Isnaya yang langsung membuat para anggota dewan mencemooh Sang Pangeran. “ Saya yakin Kakanda tak mengkhianati kerajaan kita! “ lanjut Putri Isnaya yang diiringi tanggapan tak setuju dari anggota dewan, termasuk ketua dewan. “ Lagipula, kita berkumpul di sini untuk membahas masalah Tuanku Zainal, bukan? Mengapa kita harus meributkan suatu hal yang belum tentu ada kaitannya dengan apa yang kita bahas, bukan? “

“ Putriku benar. Biar bagaimanapun, kita berkumpul di sini untuk membahas masalah Tuan Zainal! Bukan rumor putraku yang berniat mengkhianati takhta kerajaan ini! “ tegas Sang Raja yang nampaknya tidak terlalu senang dengan adanya keterlibatan putranya dengan Tuanku Zainal. Sang Raja menatap ke arah putrinya. “Kita sudah mendengar pendapat dari putraku. Ada baiknya kita mendengar pendapat putriku! “ kata Sang Raja yang diiringi anggukan setuju para anggota dewan. “Bagaimana menurutmu, Putriku, Isnaya? “ tanya Sang Raja yang tentu saja ekspresi wajahnya berbeda jauh ketika menatap Pangeran Pramuldja. Pangeran Pramuldja menatap tajam ke arah dirinya dengan senyum manis terlukis di wajahnya. “ Mohon maaf sebelumnya pada Kakanda Pramuldja, tapi saya tak sepenuhnya setuju dengan alasan Kakanda. Menurut hamba, ada baiknya jika Tuanku Zainal kita panggil untuk ditanyai mengenai perjanjian yang ia buat. Hamba khawatir ada maksud jahat di balik perjanjian itu! “ jawab Putri Isnaya dengan gemetaran.

“ Baiklah! “ Sang Raja mengambil palu dan mengetukkannya ke meja. “ Panggil Tuanku Zainal ke sini sekarang juga! Aku ingin mendengar pernyataannya di hadapan seluruh anggota dewan, “ titah Sang Raja pada Tuan Prasetya. “ Tentu, Tuanku. Hamba akan memerintahkan salah satu pengawal hamba untuk memanggil Tuanku Zainal, “ Tuan Prasetya bergegas ke luar dari balai sidang kerajaan. Sang Raja memanggil Putri Isnaya dengan gerakan jari telunjuk kanannya. Putri Isnaya datang menghampiri ayahnya. “ Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Ananda? “ tanya Putri Isnaya. “ Ayahanda hendak memperkenalkanmu pada keluarga bangsawan dari negara Jepang! Tuanku Takeochi mempunyai seorang anak pria yang usianya sesuai denganmu! Ayahanda ingin memperkenalkannya padamu. Siapa tahu engkau mungkin tertarik padanya, “ kata Sang Raja. “ Apapun yang hendak Ayahanda lakukan, asal baik dimata Ayahanda dan dapat membawa kebahagiaan bagi kerajaan ini, Ananda hanya menurut, “ jawab Putri Isnaya dengan lembut. “ Baiklah kalau begitu. Ayah akan mengajakmu ke Jepang beberapa minggu lagi, “ Putri Isnaya mohon pamit dari balai sidang dan ke luar dari ruangan tersebut.

“  Untuk Pramulya … “ seluruh mata di balai sidang menoleh ke arah ‘Sang’ Pewaris Takhta Kerajaan yang hendak meninggalkan ruangan. “ Temui aku di ruang baca kerajaan! Ada yang ingin kubicarakan padamu! “ lanjut Sang Raja yang diiringi tertutupnya pintu berpinggiran emas dari kayu jati oleh Pangeran Pramulya. Setelah Sang Pangeran, keadaan yang sebelumnya hening menjadi riuh kembali. “ Tuanku Baginda Raja, mengapa engkau berniat mengangkat Yang Mulia Pramulya menjadi pewaris takhta kerajaan ini? Mengapa tak kau angkat Putri Isnaya menjadi pemimpin negera ini kelak? Hamba takut terjadi kerusakan di tanah penuh harapan ini bila Pangeran diangkat menjadi raja! “ kata seorang anggota dewan kepada Sang Raja. “ Bila Isnaya seorang lelaki, sudah dari dulu kuserahkan takhta ini padanya. Tapi tak mungkin kuberikan takhta ini padanya karena akan terjadi pertumpahan darah bila putraku mengkudeta. Lagipula, bukan di sinilah Isnaya membantu negaranya! Ia akan menjadi perwakilan kita di dalam keluarga kekaisaran Jepang bila berhasil menikah dengan anak Tuan Takeochi, “ jawab Sang Raja.

“ Tapi Tuanku, bukan maksud hamba meragukan keputusan Tuanku, tapi dari yang hamba dengar, putra Tuan Takeochi memiliki banyak sekali istri di usianya saat ini! Selain itu, ia juga memiliki selingkuhan seorang model dan itu merupakan gosip umum di kalangan rakyat Jepang, Tuanku! Kalau Tuanku berniat menjodohkan pada putra salah satu bangsawan Jepang, mengapa tak mencoba pada cucu Kaisar Hideyomi? Kudengar, selama ini, tak seorangpun wanita yang dapat menaklukan hati cucu Sang Kaisar? Mengapa tak dicoba darinya? Kupikir lebih menguntungkan dengan cucu Sang Kaisar kita tunangkan Putri Isnaya, “ saran anggota tersebut yang diiringi anggukan setuju dari dewan lainnya.

“ Saran yang bagus! Akan kubicarakan hal ini terlebih dahulu pada Tuan Prasetya! Dia lebih bijak mengetahui pria mana yang pantas menjadi menantuku, “ tegas Sang Raja. Sayangnya, di luar balai sidang kerajaan, Sang Pangeran mendengarkan dengan baik semua rencana yang dilakukan ayahnya dan para anggota dewan di dalamnya dan tersenyum licik ketika berjalan di lorong-lorong kerajaan.

Continue …

Tinggalkan komentar